Thursday, June 19, 2014

Uji Batas Mikroba dalam Sediaan Obat Tradisional

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOANALISIS I


Uji Batas Mikroba dalam Sediaan Obat Tradisional



 

















KELAS / KELOMPOK         : B/4
ANGGOTA KELOMPOK    : 1. Erryza Amadea (2011210085)
                                                  2. Faradilla Hanita Sari (2011210091)
                                                  3. Febrina Nurmayadewi (2011210092)* 


















FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Mikroba terdapat hampir disemua tempat. Mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfer paling tinggi. Bahkan pada obat-obatan tradisional yang kita konsumsi juga terdapat mikroorganisme.
Dalam proses pembuatan obat tradisional tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu dilakukan pengujian cemaran mikroba. Sampel dilakukan uji cemaran mikroba, dalam hal ini bakteri dan kapang/khamir dengan metode uji cemaran angka lempeng total dan angka kapang/khamir total.
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar.
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat. MPN (Most Probable Number) adalah pemeriksaan angka bakteri dengan perkiraan jumlah terdekat. Pemeriksaan MPN Coliform metode tabung ganda didasarkan bahwa bakteri golongan coli dapat meragikan laktosa, membentuk asam atau gas. Untuk itu digunakan metode ini :
a.    Uji Duga ((Presumtive Test)
Perbenihan yang diperlukan adalah lactose broth. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri coliform dalam contoh air serta memperkirakan MPN (Most Probable Number) dari jasad renik yang ada di dalam sampel air
b.   Uji Penegasan (Confirmatory Test)
Pembenihan yang dipakai adalah B.G.L.B. Adapun yang diperiksa adalah semua tabung yang positif (keruh + gas) pada Lactose Broth. Pindahkan dengan jarum ose dari tiap-tiap tabung yang positif ke B.G.L.B kemudian masukkan ke dalam  incubator 35-37oC selama 1 x 24 jam. Tabung yang menunjukkan keruh dan gas dianggap positif. Uji Penegasan bertujuan untuk menunjukkan adanya bakteri coliform dan bukan bakteri lain dalam sampel air.
c.    Uji Lengkap (Complete Test)
     Tes ini ditunjukkan untuk menentukan jenis dari coliform misalnya E. Coli, A.aerogenesis, E. freundii, dan lain-lain dengan melihat hasil peragian kuman (test biokimia)
Dalam praktikum ini suatu sampel obat tradisional dilakukan pengenceran (10-2, 10-3, 10-4), kemudian masing-masing tabung dengan seri 3-3-3 dimasukkan 1 ml ke dalam tabung yang berisi 9 mL TSB. Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung. Setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37°C, maka akan dapat dilihat tabung yang positif yaitu tabung yang ditumbuhi mikroba yang dapat ditandai dengan terbentuknya kekeruhan pada larutan dan adanya koloni bakteri di permukaan larutan.
Uji Angka Kapang Khamir (AKK) digunakan untuk menetapkan total kapang khamir dalam tiap gram atau tiap ml sampel yang akan ditetapkan.
Setiap sediaan mensyaratkan batas angka bakteri dan kapang/khamir tertentu yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi, yaitu < 104 koloni per ml untuk kapang/khamir dan < 106 koloni per ml untuk bakteri. Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang / khamir total dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.
Dengan demikian standar mikrobiologi pada obat tradisional sangat diperlukan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan keamanan suatu produk yang dihasilkan serta menghindari terdeteksinyan bakteri patogen pada kosmetik dan obat-obatan yang dapat menimbulkan suatu penyakit bagi konsumen.

B.   Perumusan Masalah
1)   Apakah bahan-bahan obat tradisional yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan uji mikrobiologi sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia atau tidak?
2)   Apakah produk-produk obat tradisional yang beredar di pasaran aman untuk dikonsumsi atau tidak?

C.   Tujuan dan Manfaat Percobaan
1.    Menghitung jumlah dan menentukan jenis jasad renik aerob yang terdapat dalam sediaan obat tradisional dalam tiap gram atau tiap ml sediaan.
2.    Memastikan keamanan produk-produk obat tradisional yang beredar di pasaran untuk kesehatan.
3.    Menguji kelayakan penggunaan sediaan obat tradisional melalui perhitungan Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK), uji bakteri coliform MPN, uji Staphylococcus aureus koagulase positif, uji Salmonella typhii, dan Uji Pseudomonas aeruginosa.



II. TINJAUAN PUSTAKA

·  Teori Dasar

Pengukuran Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu dengan menghitung jumlah sel dan dengan mengukur massa total populasi, yang biasanya sebanding dengan jumlah sel. Jumlah populasi biasanya dihitung sebagai jumlah sel dalam 1 ml cairan atau 1 mg materi padat. Karena populasi biasanya sangat besar, kebanyakan metode pengukuran didasarkan pada pengukuran sampel yang sangat kecil, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ukuran populasi total kemudian ditentukan dengan perhitungan. Namun demikian, cara ini kurang praktis sehingga dilakukan pengukuran secara tidak langsung dalam suatu seri pengenceran. Dengan membuat seri pengenceran, kita dapat memperkirakan jumlah bakteri dalam sampel.
Pertumbuhan bakteri dapat ditentukan dengan beberapa cara penghitungan, antara lain dengan lempeng hitung, pengenceran berseri, cara filtrasi atau penyaringan, metode penghitungan Nilai Duga Terdekat, penghitungan langsung secara mikroskopik, atau dengan memperkirakan jumalah bakteri dengan menggunakan metode tidak langsung.

·   Lempeng Hitung
Cara penghitungan ini sering digunakan untuk menghitung populasi bakteri. Keuntungan cara ini adalah menghitung jumlah populasi yang mampu bertahan hidup. Kerugian cara ini adalah membutuhkan waktu paling sedikit 24 jam atau lebih untuk membiakkan koloni bakteri sehingga dapat diamati dan dihitung.
Dengan teknik lempeng hitung, diasumsikan bahwa masing-masing bakteri yang hidup, tumbuh, dan membelah membentuk satu koloni. Akan tetapi, hal ini tidak sepenuhnya benar karena kadang-kadang sebuah koloni tidak berasal dari satu bakteri, tetapi dari sebuah segmen rantai bakteri. Bila menggunakan lempeng hitung, penting diperhatikan bahwa inokulum yang dibiakkan di atas lempeng agar harus dalam jumlah yang terbatas supaya jumlah koloni yang dihasilkan sesudah inkubasi dapat dihitung.

·  Metode Penghitungan Nilai Duga Terdekat
Metode lain untuk mengetahui jumlah bakteri dalam sampel adalah penghitungan Nilai Duga Terdekat (Most Probable Number, MPN). Teknik perhitungan statistik ini didasarkan pada fakta bahwa semakin besar jumlah bakteri dalam sampel, semakin besar pengenceran yang dibutuhkan untuk mengurangi densitas sampai titik ketika tidak ada bakteri yang tumbuh dalam tabung reaksi pada suatu seri pengenceran. Nilai Duga Terdekat merupakan angka yang kemungkinan besar menunjukkan 95% jumlah populasi bakteri dan merupakan angka yang paling mungkin untuk menyatakan jumlah populasi bakteri yang ada di dalam sediaan, seperti yang tertera pada tabel terlampir.
Prinsip yang digunakan dalam metode MPN :
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
Contoh :
Data yang didapat adalah : 3 tabung positif dari pengenceran 1/10, 2 tabung positif dari pengenceran 1/100 dan 1 tabung positif dari pengenceran 1/1000.
Lalu dicocokkan dengan tabel, menghasilkan nilai : 150 MPN/g.
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekuensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul.
MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat menggambarkan seberapa banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri tabung maka semakin tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa.
Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu. Jika terdapat ketidaksesuaian jenis media dan bakteri yang diinginkan maka metode MPN akan menghitung bukan bakteri yang dituju. Untuk menghitung coliform dapat menggunakan Lauryl Sulphate Tryptose (LST) broth, sedangkan untuk menghitung E.coli diperlukan media EC (Escherichia coli) broth.
Jadi nilai MPN adalah suatu angka yang menggambarkan hasil yang paling mungkin.

Menghitung angka MPN tanpa tabel
Nilai MPN ternyata dapat dicari dengan rumus berikut (Thomas formula)
 




III. METODOLOGI PENELITIAN


A.   Alat dan Bahan
-          Alat    :


·         Tabung reaksi steril
·         Pipet skala steril
·         Lampu spiritus
·         Erlenmeyer
·         Pinset
·         Rak tabung
·         Blue tip
·         Cawan petri
·         Kapas steril



-          Bahan :


·       TSB (Tryptic Soy Broth)
·       LB (Lactose Broth)
·       Aquadest
·       NA (Nutrient Agar)
·       Cetrimide Agar
·       Mc. Conkey Agar
·       VJA (Vogel Jhonson Agar)
·       TSIA & LIA
·       Selenit & Tetrationat
·       EMBA
·       Sampel obat tradisional Beras Kencur




B.   Cara Kerja
Ø  ALT dan AKK
1)        Buka kemasan sampel secara aseptik.
2)        Secara aseptik, timbang 10 g atau pipet sebanyak 10 ml sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml LDF steril. Dari proses ini diperoleh suspensi/larutan sampel dengan konsentrasi 10-1.
3)        Lanjutkan pengujian ke uji jumlah mikroba. Jika setelah homogenisasi larutan sampel jernih, maka lakukan penentuan jumlah mikroba dengan teknik Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK). Jika setelah homogenisasi sampel berupa suspensi/keruh, maka lakukan penentuan jumlah mikroba dengan teknik Angka Paling Mungkin (APM)/Most Probable Number (MPN).
4)        Dari hasil persiapan dan homogenisasi sampel (konsentrasi 10-1), buatlah beberapa seri pengenceran (misal: 10-2 s.d. 10-6). Dari pengenceran 10-1, ambil 1 ml, masukkan ke dalam tabung berisi 9 ml LDF steril, sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 ambil 1 ml, masukkan ke tabung berisi 9 ml LDF steril, homogenkan, sehingga didapat pengenceran 10-3. Dan seterusnya s.d. pengenceran 10-6.
5)        Untuk penentuan ALT, 1 ml pengenceran 10-1 dituangkan ke dalam cawan petri steril yang kosong, kemudian dituangi dengan NA cair bersuhu ±40-50oC sebanyak 15-20 ml. Untuk penentuan AKK, media yang digunakan adalah PDA. Goyang-goyang cawan untuk menghomogenkan, biarkan memadat di suhu ruang.
6)        Lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-2 s.d. 10-6.
7)        Setelah semua agar dalam cawan memadat, inkubasikan seluruh cawan dengan posisi terbalik, di dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24-48 jam (untuk bakteri) dan suhu 20-25oC selama 3-5 hari untuk kapang khamir.
8)        Hitung ALT dan AKK seperti pada materi menghitung mikroba dengan teknik angka lempeng total.
Ø  MPN
1)        Siapkan 14 tabung masing-masing berisi 9 ml media TSB.
2)        Bagi tabung dalam 4 kelompok, kelompok pertama dan kedua masing-masing terdiri dari 4 tabung, kelompok ketiga dan keempat masing-masing terdiri dari 3 tabung.
3)        Pipet masing-masing 1 ml larutan atau timbang masing-masing 1 gram zat yang diperiksa ke dalam masing-masing tabung kelompok pertama sehingga diperoleh pengenceran sampel 10-1 (0,1). Sisihkan 1 tabung.
4)        Pipet 1 ml larutan dari tabung yang disisihkan ke dalam masing-masing tabung kelompok kedua sehingga diperoleh konsentrasi sampel 0,01 (pengenceran 10-2). Sisihkan 1 tabung.
5)        Pipet 1 ml larutan dari tabung yang disisihkan ke dalam masing-masing tabung kelompok ketiga sehingga diperoleh konsentrasi sampel 0,001 (pengenceran 10-3).
6)        Kelompok keempat digunakan sebagai blangko.
7)        Inkubasikan seluruh tabung pada inkubator bersuhu 35-37oC selama 24-48 jam.
8)        Amati adanya pertumbuhan pada masing-masing tabung. Blangko idealnya tidak menunjukkan pertumbuhan.
9)        Dengan menggunakan tabel MPN dapat dihitung jumlah bilangan duga terdekat jasad renik tiap gram atau tiap ml sediaan yang diperiksa.
Ø  Uji Jenis Mikroba
         Analisis Cemaran Mikroba Patogen Escherichia coli
1)        Buka kemasan sampel secara aseptik.
2)        Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
       Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi 100 ml media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3)      Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media LB yang telah diinkubasi, kemudian dengan cara gores kuadran, inokulasikan 1 Ose suspensi ke media agar Mc Conkey Agar (MCA). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam.
Jika terdapat koloni spesifik pada media MCA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.1, inokulasikan koloni tersebut dengan teknik gores kuadran ke media agar selektif Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Amati ada/tidaknya pertumbuhan koloni spesifik seperti deskripsi yang tertera pada Tabel 5.1.
Pertumbuhan spesifik Escherichia coli pada media agar selektif ditandai dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1. Ciri khas morfologi Escherichia coli pada media agar selektif.
Media
Deskripsi koloni
Mc Conkey Agar (MCA)
Merah bata, dapat dikelilingi daerah yang terdiri dari endapan empedu.
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Kilap logam

4)      Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Escherichia coli.
Jika terdapat koloni spesifik dengan warna kilap logam pada media EMBA, lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut. Inokulasikan koloni ke dalam tabung berisi media LB steril dengan tabung Durham terbalik dan ke dalam media agar miring NA, inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Dari hasil inkubasi, lakukan pewarnaan gram dan uji IMViC.
Tabel 5.2. Hasil uji lanjutan untuk Escherichia coli.
Pada media LB dengan tabung Durham
Terdapat pertumbuhan dan terbentuk gas di dalam tabung Durham
Hasil pewarnaan gram
Basil pendek, gram negatif
Hasil uji IMViC
Indol (+), MR (+), VP (-), SC (-)

·      Analisis Cemaran Mikroba Patogen Salmonella sp.
1)      Buka kemasan sampel secara aseptik.
2)      Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi 100 ml media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3)      Pengkayaan selektif.
Kocok suspensi sampel yang telah diinkubasi. Secara aseptik, pindahkan 1 ml suspensi ke dalam tabung reaksi besisi 10 ml media Selenite Cystine Broth dan 1 ml suspensi ke dalam 10 ml media Tetrathionate Broth. Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
4)      Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media Selenite dan Tetrationate yang telha diinkubasi, kemudian dengan cara gores, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar Brilliant Green Agar (BGA). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain BGA, dapat pula digunakan media XLDA dan BSA sebagai media agar selektif.
Pertumbuhan spesifik Salmonella sp. pada media agar selektif ditandai dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3. Ciri khas morfologi Salmonella sp. pada media agar selektif.
Media
Deskripsi Koloni
Brilliant Green Agar (BGA)
Kecil, transparan, tidak berwarna atau merah muda hingga putih buram (sering dikelilingi zona berwarna merah muda hingga merah)
Xylosa-Lysine-Desoxycholate Agar (XLDA)
Merah dengan atau tanpa pusat berwarna hitam
Bismuth Sulfite Agar (BSA)
Coklat, abu-abu atau hitam kadang disertai dengan kilap metalik. Media sekitar mulanya berwarna coklat, seiring dengan waktu inkubasi berubah menjadi hitam

5)      Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Salmonella sp.
Dengan menggunakan jarum Ose, ambil koloni yang diduga Salmonella sp. dari media agar selektif, inokulasikan dengan cara gores dan tusuk pada media agar miring TSIA. Lakukan yang sama ke media agar miring LIA. Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35oC.

Tabel 5.4. Hasil reaksi yang umum untuk Salmonella sp. pada media TSIA dan LIA.

TSIA
LIA
Lereng (slant)
Basa (merah)
Basa (ungu)
Tusukan/dasar (butt)
Asam (kuning)
Basa (ungu)
Produksi H2S (endapan hitam di daerah tusukan)
+ atau -
+





·      Analisis Cemaran Mikroba Patogen Staphylococcus aureus.
1)      Buka kemasan sampel secara aseptik.
2)      Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi 100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3)      Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan cara gores kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar Vogel Johnson Agar (VJA). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain BGA, dapat pula digunakan media MSA dan BPA sebagai media selektif.
Pertumbuhan spesifik Staphylococcus aureus pada media agar selektif ditandai dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5. Ciri khas morfologi Staphylococcus aureus pada media agar selektif.
Media
Deskripsi koloni
Vogel Johnson Agar (VJA)
Hitam dikelilingi zona kuning
Mannitol Salt Agar (MSA)
Kuning dengan zona kuning
Baird Parker Agar (BPA)
Hitam, berkilau, dikelilingi zona jernih (2-5 mm)

4)      Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Staphylococcus aureus (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media VJA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.5, lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji koagulase. Ambil koloni tersangka dan pindahkan ke dalam tabung yang berisi 0,5 ml plasma kelinci atau kuda. Inkubasi dalam penangas air bersuhu 37oC, dan amati pada jam ke-3, 6 dst. sampai 24 jam. Lakukan uji bersamaan dengan kontrol positif dan negatif. Jika terjadi koagulasi, maka sampel diduga mengandung Staphylococcus aureus.

·      Analisis Cemaran Mikroba Patogen Pseudomonas aeruginosa.
1)      Buka kemasan sampel secara aseptik.
2)      Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi 100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3)      Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan cara gores kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar Cetrimide Agar (Cet.A). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain Cet.A, dapat pula digunakan media Pseudomonas aeruginosa sebagai media selektif.
Pertumbuhan spesifik Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif ditandai dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6. Ciri khas morfologi Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif.
Media
Deskripsi koloni
Cetrimide Agar (Cet.A)
Hijau berfluorosensi
Pseudomonas Agar untuk deteksi fluoresin
Tidak berwarna hingga kekuningan dengan fluoresensi kuning
Pseudomonas Agar untuk deteksi piosianin
Kehijauan dengan fluoresensi biru

4)      Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Pseudomonas aeruginosa (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media Cet.A dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.6, lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji oksidase. Letakkan di atas koloni tersebut atau pindahkan koloni ke kertas saring yang telah diimpregnasi (dijenuhkan) dengan N.N-dimetil-p-fenilendiamina-dihidroklorida. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi lembayung, maka sampel diduga mengandung cemaran Pseudomonas aeruginosa.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil

Tabel Pengamatan
Pengenceran AKK
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Jumlah Jasad Renik Total
10 -1
37
54
TNTC
92
TNTC
TNTC
12350 cFu/ml
10 -2
30
14
105
81
129
118

10 -3
TNTC
TNTC
TNTC
TNTC
TNTC
TNTC


Perhitungan AKK:
    118 + 129    = 123,5 x 102 = 12350 cFu/ml
[(1 x 2)x 10-2]
   



Pengenceran ALT
Hari ke-1
Jumlah Jasad Renik Total
10 -1
TNTC
TNTC
Tidak dapat dihitung
10 -2
TNTC
TNTC

10 -3
TNTC
TNTC


Pengenceran MPN
Tabung
Jumlah Jasad Renik
Total Jasad Renik
1
2
3
10-1
+
+
+
3
>1100  cfu/ml
10-2
+
+
+
3
10-3
+
+
+
3

Media
Hari ke-1
Hari ke-2
LB
( + )
Ada pertumbuhan bakteri, media berwarna kuning keruh. Dilanjutkan ke media MCA, Selenit Broth, dan Tetrationat Broth
( + )
Ada pertumbuhan bakteri, media (Selenit dan Tetrationat Broth) berwarna putih keruh. Dilanjutkan ke media BGA

TSB
( + )
Ada pertumbuhan bakteri, media berwarna kuning keruh. Dilanjutkan ke media VJA dan Cet.A
( - )
Pada media VJA tidak terdapat warna hitam dikelilingi kuning pada bekas goresan, dan pada media Cet.A tidak terbentuk hijau berfluorosence pada bekas goresan.

Media
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
  1. TSB
-          VJA
(-) tidak terbentuk warna hitam dikelilingi warna kuning
Tidak mengandung bakteri Staphylococcus aureus
-          Cetrimide
(-) tidak terbentuk hijau fluoresensi
Tidak mengandung bakteri Pseudomonas aeruginosa
  1. LB
-          Mc. Conkey
(-) Tidak terbentuk warna merah bata
Tidak mengandung bakteri Escherichia coli
-          Selenit
(+) putih keruh
Dilanjutkan ke media BGA
-          Tetrationat
(+) putih keruh
-          BGA
(+) terbentuk pink transparan di sekitar goresan Selenit dan Tetrationat
Dilanjutkan ke media TSIA dan LIA

TSIA
LIA
Lereng
Tusukan
Lereng
Tusukan
Asam
Basa
Asam
Basa
Gas
H2S
Asam
Basa
Asam
Basa
Gas
H2S
+
-
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+


B.   Pembahasan

1.      Pada Uji Jenis dengan menggunakan media TSB dan LB, setelah sampel di inkubasi selama 24 jam pada suhu 35-37˚C terbentuk kekeruhan dari warna sebelumnya, hal ini menandakan adanya cemaran mikroba, sehingga sampel perlu di uji lanjut dengan perhitungan Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK), uji bakteri coliform MPN, uji Staphylococcus aureus koagulase positif, uji Salmonella typhii, dan Uji Pseudomonas aeruginosa.

2.      Pada perhitungan AKK didapat hasil pengamatan pada ketiga seri pengenceran larutan hari ke -1 dan hari ke-2 sebagian besar didapat jumlah koloni kapang khamir yang tidak terhingga (TNTC), dari hasil perhitungan akhir didapatkan total bakteri 12350 cFu/ml ( >1100 cfu/ ml), hal ini menunjukkan bahwa sampel jamu yang diuji tidak memenuhi syarat steril berdasarkan British Pharmacopoeia Volume IV Tahun 2005, dimana sediaan pemberian secara oral yang mengandung bahan alam adalah tidak ≥ 102   cfu/ml. Pencemaran ini mungkin dapat disebabkan karena penanganan bahan baku dan proses pembuatan jamu yang tidak higienisdan juga diakibatkan oleh adanya kontaminasi mikroba udara pada saat pengemasan atau penjualan yang sangat mem-pengaruhi besarnya jumlah kontaminan mikroba pada produk jamu.

3.      Pengujian batas mikroba juga dilakukan dengan cara perhitungan angka lempeng total (ALT), dan didapat dari hasil yang tidak dapat dihitung (Too much to count) dimana jumlah bakteri diperkirakan > 1100 cfu/ml, sehingga sampel ini tidak memenuhi syarat steril berdasarkan British Pharmacopoeia Volume IV Tahun 2005, dimana sediaan pemberian secara oral yang mengandung bahan alam adalah tidak  boleh mengandung bakteri ≥ 104   cfu/ml.

4.      Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik tertentu yang terdapat diantara campuran jasad renik lainnya. Sebagai contoh, jika digunakan media  Larutan Dapar Fosfat (LDF), maka adanya bakteri yang dapat memfermentasi laktosa ditunjukkan dengan terbentuknya kekeruhan pada larutan dalam tabung. Cara ini biasa digunakan untuk menentukan MPN koliform karena bakteri Coliform termasuk bakteri yang dapat menfermentasi laktosa.
Didapat hasil yang positif (+) pada semua seri pengenceran 10-1 sampai 10-3 , dengan jumlah bakteri >1100 cfu/ml, sehingga sampel ini tidak memenuhi syarat steril berdasarkan British Pharmacopoeia Volume IV Tahun 2005, dimana sediaan pemberian secara oral yang mengandung bahan alam adalah tidak  boleh mengandung bakteri ≥ 104   cfu/ml.

5.      Pada Uji Bakteri Salmonella typhii dengan menggunakan media Selenit Broth didapat hasil positif dimana media menjadi berwarna putih keruh dan media tetrationat juga menjadi warna putih keruh, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri Salmonella typhii, sehingga dilakukan uji lebih lanjut ke media BGA. Pada uji BGA juga didapat hasil yang positif (+) dimana hasil goresan pada pada media tersebut memberikan warna putih dikelilingi pink transparan yang mengartikan bahwa sampel positif (+) terdapat Salmonella typhii. Uji kemudian dilanjutkan ke media TSIA dan LIA  dengan cara gores maupun tusuk, dan kedua media ini hasil positif (+) adanya pertumbuhan Salmonella typhii yaitu pada media TSIA terbentuk warna kuning (bersifat asam) pada daerah penggoresan tabung dan di daerah tusukan terbentuk warna merah (bersifat basa). Selain itu, pada media LIA juga memberikan hasil positif yaitu terbentuk warna ungu (bersifat basa) di daerah goresan dan tusukan. Berdasarkan hal tersebut, maka sampel yang diuji tidak memenuhi syarat British Pharmacopoeia Volume IV Tahun 2005, yang seharusnya sediaan pemberian secara oral yang mengandung bahan alam tidak boleh mengandung bakteri Salmonella typhii . Pencemaran ini dapat disebabkan karena Salmonella typhii  dapat mencemari sampel jamu secara langsung atau tidak langsung melalui air yang tercemari oleh kotoran dari bahan mentah ataupun dari peralatan yang dipakai.

6.      Pada uji bakteri Escherichia coli dengan menggunakan media Mc. Conkey Agar didapat hasil yang negatif (-) dimana tidak terbentuk warna merah bata, sehingga dapat dikatakan sampel yang diuji tidak mengandung bakteri Escherichia coli  yang merupakan kuman oportunis yang banyak ditemukan dalam usus besar mansuia sebagai flora normal yangd dapat menjadi patogen ketika berada di jaringan luar intestinal normal, maka uji tidak dianjutkan ke media EMBA.

7.      Pada Uji bakteri Pseudomonas aeruginosa , didapat hasil yang negatif (-) dimana pada media Cetrimide Agar tidak terbentuk warna hijau fluresensi di daerah goresan, yang menunjukkan bahwa sampel tidak terdapat bakteri Pseudomonas aeruginosa.

8.      Pada Uji bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan media VJA, didapat hasil yang negatif (-) dimana tidak terdapat warna hitam dikelilingi warna kuning pada media akibat adanya produksi koagulase, dan proses fermentasi glukosa dan manitol dengan memproduksi asam dalam keadaan anaerobik. Koagulase ini adalah enzim yang dapat menggumpalkan plasma.








V. PENUTUP

A.  Kesimpulan        
1.      Pada uji batas jasad renik sampel yang diuji dengan menggunakan metode AKK, ALT, dan MPN didapat jumlah total jasad renik adalah > 1100 cfu/ml.
2.      Sampel yang diuji positif (+) mengandung bakteri Salmonella typhii, maka sampel tidak layak untuk dikonsumsi.

B.   Saran         
1.         Metode perhitungan bakteri sebaiknya dengan menggunakan MPN karena pada ALT terdapat beberapa kelemahan seperti:
-               Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, sehingga dapat memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.
-               Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan media agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung.
-              Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni.








VI. DAFTAR PUSTAKA
The United States Pharmacopeial Convention, 2009. The United States Pharmacopeia 32, Board of Trustees.
Medicines Commission, 2005. British Pharmacopoeia IV, Council of Europe.
Radji, DR. Maksum, M.Biomed.Buku Ajar Mikrobiologi (Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran).Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC,2011.
Pratiwi, Sylvia T.Mikrobiologi Farmasi.Jakarta:Erlangga,2009.




No comments:

Post a Comment